Aku.
Aku adalah orang yang (selalu berusaha) berhati-hati dalam bertindak.
Aku adalah orang yang (selalu berusaha) berhati-hati dalam berucap.
Aku adalah orang yang (selalu berusaha) untuk tidak menyakiti hati orang lain.
Aku adalah orang yang (selalu berusaha) menghargai pemikiran, tindakan, dan ucapan orang lain.
Aku adalah orang yang tidak pernah menceritakan hal pribadi pada orang-orang, kecuali 2 orang sahabatku.
Aku.
Aku percaya dengan istilah yang disebut “karma”.
Mungkin, istilah itu tidak disebutkan dalam Islam.
Namun, bukankah balasan kebaikan adalah kebaikan pula.
Dan, sekecil apapun keburukan juga pasti memperoleh balasannya.
Itu yang aku maksud dengan karma.
Bagaimana engkau memperlakukan orang lain, maka cara perlakuan itu yang akan kau peroleh darinya.
Aku.
Aku adalah orang yang anti berkata “Aku TIDAK AKAN PERNAH bla bla bla…” atau “Aku PASTI AKAN bla bla bla”
Aku adalah orang yang berusaha tidak berucap “Aku TIDAK AKAN PERNAH bla bla bla…” atau “Aku PASTI AKAN bla bla bla”
Sekali lagi.
Aku percaya bahwa kita bisa termakan omongan kita sendiri seperti boomerang. Itu kita tujukan ke arah yang jauh dari kita, tapi dia akan kembali lagi menjadi senjata bagi kita.
Maka, aku berusaha sebisa mungkin tidak berkata “TIDAK AKAN PERNAH” atau “PASTI AKAN”.
Kau tahu.
Takdir itu Allah yang tentukan.
Kita tak pernah bisa mendahului takdirnya.
Kita tak pernah bisa berkata TIDAK AKAN PERNAH” atau “PASTI AKAN”.
Ya.
Aku orang yang selalu berusaha menjadi baik, berpikir baik, dan berucap baik.
Sampai sebuah perasaan asing tak pernah aku rasakan sebelumnya muncul dalam kehidupanku.
Perasaan mengingkari pernah ada baik padanya.
Perasaan mengingkari pernah ada cinta padanya.
Perasaan mengingkari pernah ada perjuangan, kepercayaan, dan pengorbanan padanya.
Ya.
Perasaan itu membuat aku BOOM.
Tak mampu menahannya sendiri, membuat aku harus menceritakan pada sahabatku yang lain, pada teman dekatku yang lain, pada teman biasa-ku, bahkan pada teman yang hanya sekedar kenal.
Aku ingin seluruh dunia tahu bahwa aku sedang terdzolimi, aku tidaklah kuat dan aku yang paling menderita.
Aku menyalahkan diriku.
Aku bahkan menyalahkan takdir.
Ya. Aku terlalu bodoh saat itu.
Aku berkata “Aku tidak akan pernah mau lagi berurusan dengannya”.
Ya. Kata-kata itu menjadi boomerang bagi diriku.
Aku.
Aku sudah menyebarkan aibku sendiri pada banyak orang.
Aku sudah bersumpah untuk tidak mengenalmu.
Aku melakukan hal yang dari dulu aku selalu berusaha berhati-hati untuk tidak melakukannya.
Aku kecewa.
Aku marah.
Aku benci.
Seiring berjalannya waktu..
Aku mengikhlaskanmu.
Aku memaafkan diriku.
Meski ingatan itu masih selalu ada.
Tepat satu tahun dari waktu itu.
Kau muncul kembali,
Membuka luka lama
Dan / atau
Membuka harapan baru.
Aku tak tahu,
Sungguh …
Aku hanya ingin keberkahan.
Aku tak tahu …
Aku menyerah.
Aku menanti pelajaran berharga dari kisah ini.
Aku masih menanti.
15 Januari 2018; 23:55